alif, alif, alif!
alifmu pedang di tanganku
susuk di dagingku, kompas di hatiku
alifmu tegak jadi cagak, meliut jadi belut
hilang jadi angan, tinggal bekas menetaskan
terang
hingga aku
berkesiur
pada
angin kecil
takdir-Mu
hompimpah hidupku, hompimpah matiku
hompimpah nasibku, hompimpah, hompimpah,
hompimpah!
kugali hatiku dengan linggis alifmu
hingga lahir mata air, jadi sumur, jadi sungai,
jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombang
mengerang menyebut alifmu
alif, alif, alif!
alifmu yang satu
tegak di mana-mana
Selasa, 02 Desember 2008
Kamis, 27 November 2008
Hati Buta Atau Dunia Hampa
Bumi berputar mengilingi matahari, bulan berputar mengelilingi bumi, hingga waktu terus bergulir tak pernah henti
Tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap hari, bulan dan tahun tak pernah dan takkan pernah terhitung kelalaian yang tercipta, kasalahan yang diperbuat, dan dosa yang tercatat malaikat
Kelalaian yang tercipta karena terpesona oleh waktu
Kesalahan yang diperbuat karena kecerobohan diri dan dosa yang tercatatat karena terbuai bisikan sekutu
Ketika terlahir kedunia yang begitu indah, meski belum terlihat oleh mata
Kilauan air mata bak mutiara terpancar kehangatan, membasahi pipi
Senyuman manis memberikan sejuta harapan, belaian kasih sayang terkuak sudah, kala terdengar tangisan pertama
Meski terus menerus membuat hati gundah
Ketika mata telah benar – benar menyaksikan keagungan sang pencipta, ketika kaki mulai berpijak ke bumi dan kemudian berlari
Menikmati milikmu ya Allah. Diri yang tercipta hanya untuk mengabdi kepada Mu, hati yang merasa hanya jalan penghubung antara aku dan kau, merasakan ayat – ayat yang terucap oleh Mu
Jalankan perintah sesuai Rosul-Mu
Namun, hati yang merasa buta karena diri yang terbuai waktu, yang berikan sejuta bisikan kebohongan, kesombongan dan keangkuhan seperti diri tak kenal Engkau
Seperti diri tak kenal tujuan hidup, diri yang kemudian lalai membuat hati lupakan keagungan Engkau
Waktu terbuang tanpa amal atau bekal diri menuju tempat terindahmu
Semua yang tercipta oleh Mu membuat semua mata berlinang, hingga lupa akan tugas, kewajiban untuk mengabdi kepada-Mu
Mata yang selalu disajikan keindahan membuat hati beku, buta, hampa, dan mati rasa
Tinggalkan ayat – ayat mu dalam selimut debu, lupakan perintah tanpa sadar, akan azab dan peringatan yang kau beri
Hati yang buta sudah terasa kini dalam diri, membuat jauh dari engkau, membuat setiap waktu menjadi suatu kesalahan, tak tahu apa guna waktu tercipta
Lisan yang tajam mencabik diri dengan ucapan untuk berputus asa, dan dosa yang tercatatat sudah, membuat diri menjadi bahan bakar neraka
Diri yang tak berguna membuat dunia hampa, gelap gulita tanpa cahaya, penerang jalan untuk perbaiki dosa untuk mempersembahkan kembali ibadah terindah
Akan kah dosa yang menggunung, yang tercatat tertutupi amal – amal yang akan membawa ke surga-Mu
Akankah taubat diri yang berlumur dosa akan diterima dan diampuni, menjadikan diri kembali suci tanpa ada rasa buta di mata, tanpa ada rasa hampa didunia.
Tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap hari, bulan dan tahun tak pernah dan takkan pernah terhitung kelalaian yang tercipta, kasalahan yang diperbuat, dan dosa yang tercatat malaikat
Kelalaian yang tercipta karena terpesona oleh waktu
Kesalahan yang diperbuat karena kecerobohan diri dan dosa yang tercatatat karena terbuai bisikan sekutu
Ketika terlahir kedunia yang begitu indah, meski belum terlihat oleh mata
Kilauan air mata bak mutiara terpancar kehangatan, membasahi pipi
Senyuman manis memberikan sejuta harapan, belaian kasih sayang terkuak sudah, kala terdengar tangisan pertama
Meski terus menerus membuat hati gundah
Ketika mata telah benar – benar menyaksikan keagungan sang pencipta, ketika kaki mulai berpijak ke bumi dan kemudian berlari
Menikmati milikmu ya Allah. Diri yang tercipta hanya untuk mengabdi kepada Mu, hati yang merasa hanya jalan penghubung antara aku dan kau, merasakan ayat – ayat yang terucap oleh Mu
Jalankan perintah sesuai Rosul-Mu
Namun, hati yang merasa buta karena diri yang terbuai waktu, yang berikan sejuta bisikan kebohongan, kesombongan dan keangkuhan seperti diri tak kenal Engkau
Seperti diri tak kenal tujuan hidup, diri yang kemudian lalai membuat hati lupakan keagungan Engkau
Waktu terbuang tanpa amal atau bekal diri menuju tempat terindahmu
Semua yang tercipta oleh Mu membuat semua mata berlinang, hingga lupa akan tugas, kewajiban untuk mengabdi kepada-Mu
Mata yang selalu disajikan keindahan membuat hati beku, buta, hampa, dan mati rasa
Tinggalkan ayat – ayat mu dalam selimut debu, lupakan perintah tanpa sadar, akan azab dan peringatan yang kau beri
Hati yang buta sudah terasa kini dalam diri, membuat jauh dari engkau, membuat setiap waktu menjadi suatu kesalahan, tak tahu apa guna waktu tercipta
Lisan yang tajam mencabik diri dengan ucapan untuk berputus asa, dan dosa yang tercatatat sudah, membuat diri menjadi bahan bakar neraka
Diri yang tak berguna membuat dunia hampa, gelap gulita tanpa cahaya, penerang jalan untuk perbaiki dosa untuk mempersembahkan kembali ibadah terindah
Akan kah dosa yang menggunung, yang tercatat tertutupi amal – amal yang akan membawa ke surga-Mu
Akankah taubat diri yang berlumur dosa akan diterima dan diampuni, menjadikan diri kembali suci tanpa ada rasa buta di mata, tanpa ada rasa hampa didunia.
Senin, 24 November 2008
Tangisan Cinta
Lorong-lorong ini kutempuh dengan kesabaran
seekor burung menafsirkan pergantian musim
Suaramu yang tegas menghilang di balik hutan
ketika hari menua dan gelap kian nyata
Aku terlunta bertahun-tahun
Tubuhku mengepulkan keperihan dari luka detak jantung
Aku kini wanita yang gairah menyurukkan kening
di pasir hingga tumbuh rerumputan dari kehangatan air mata
Tangisan ini kupersembahkan sebagai kurban
untuk merangkai tangga ke istanamu
Dan karena air mata begitu cepat mengering
telah kubenamkan kedua kaki di lautanmu
Bukti bahwa aku tak akan pernah keselesaikan tangisankku
seekor burung menafsirkan pergantian musim
Suaramu yang tegas menghilang di balik hutan
ketika hari menua dan gelap kian nyata
Aku terlunta bertahun-tahun
Tubuhku mengepulkan keperihan dari luka detak jantung
Aku kini wanita yang gairah menyurukkan kening
di pasir hingga tumbuh rerumputan dari kehangatan air mata
Tangisan ini kupersembahkan sebagai kurban
untuk merangkai tangga ke istanamu
Dan karena air mata begitu cepat mengering
telah kubenamkan kedua kaki di lautanmu
Bukti bahwa aku tak akan pernah keselesaikan tangisankku
Sajak Palsu
Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu
Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu
Di akhir sekolah, mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu
Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru
Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli uhkum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu
Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.
Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu
Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu, tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin surat palsu kepada bank negri yang dijaga pejabat-pejabat palsu
Masyarakatpun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu
Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu
Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu meyambut tibanya demokrasi yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.
Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu
Di akhir sekolah, mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu
Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru
Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli uhkum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu
Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.
Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu
Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu, tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin surat palsu kepada bank negri yang dijaga pejabat-pejabat palsu
Masyarakatpun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu
Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu
Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu meyambut tibanya demokrasi yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.
Langganan:
Postingan (Atom)