Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu
Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu
Di akhir sekolah, mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu
Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru
Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli uhkum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu
Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.
Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu
Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu, tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin surat palsu kepada bank negri yang dijaga pejabat-pejabat palsu
Masyarakatpun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu
Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu
Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu meyambut tibanya demokrasi yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar